Senin, 01 Februari 2016



Andai kalian tahu?
Betapa panjangnya rindu ini
 betapa berisiknya hati ini
Menyuguhkan cawan-cawan cinta
Andai kalian pernah melihat...
Mendengar....
Dua jiwa yang beradu
Menyatukan satu rindu..
Andai saja kalian tahu..
Bahwa cinta
Dapat menuntun anak adam
Untuk saling melihat
Untuk saling mendengar
Meski hanya diam
Tanpa sepatah kata...
Karena ini hanya tentang rindu..
Seperti halnya emulsi dansuspensi...

Jumat, 04 Desember 2015

Alangkah Indahnya Hidup ini

Reihan (nasyid) 


alangkah indahnya hidup ini
andai dapat ku tatap wajahMU
kan pasti mengalir air mataku
karena pancaran ketenaganMU

alangkah indahnya hidup ini
andai dapat ku kucup tangan MU
mogamengalir keberkahan dalam diriku
untuk mengikuti jejak langkahMU

Ya Rosullallah...
Ya Habiballah...

tak pernah kutatap wajah MU
kami rindu pada MU

alangkah indahnya hidup ini 
andai dapat ku dekap diri MU
tiada kata yang dapat aku ucapkan
hanya tuhan saja yang tahu,

ku tahu cintaMU kepada umat umati
ku tahu bimbangnya KAU tentang kami
syafaatkan kami

Ya Rosullallah...
Ya Habiballah...

terimalah kami sebagai umat MU
karuniakanlah syafaat
MU

Cahaya Qolby

aku malu dengan keimannaku
yang selalu berharap selain MU
dan bermimpi yang sesuatu bukan hakku
yang membayangkan sesuatu bukan kuasaku
yang memuji yang bukan mustinya

aku malu....
menghilannya jejakku diantara jejak jejak jalan Mu
adalah sesuatu yang sangat hitam dalam langkahku

yaarobb
biarkanlah aku.....
sentuhlah aku.....
bawalah aku....

kepada cahaya MU...
izinkanlah hatiku mengeja firman firman MU
ixinkanlah hatiku memanggil-manggil Asma MU 
izinhkanlah aku merindu kekasihMU
yang membawa aku kembali ke abadian cinta yang sesungguhnya
izinkanlah aku...
berikanlah separuh atom cahaya cintaMU
agar memberikan ketenangan dalam jiwa pendosa
jiwa yang selalu munafik bahkan kepada dirinya
hanya untukmenyelamatkan jiwanya yang bukan sesungguhnya milikku,,
CQ


Selasa, 10 November 2015

cerpen "untuk satu jam lebih muda"

SATU JAM LEBIH MUDA
Tanggal 12 oktober tahun 2015, dihari ini umurku bertambah jadi 21 tahun. Oh my God ternyata aku sudah se-tua itu, lebih parah lagi aku masih jomblo. Semenjak putus dari pacarku yang dulu, belum ada lagi yang mau menjadi tautan hatiku meski sering kali aku layangkan benih-benih asmara ke setiap cewe yang aku taksir. But, ga’ masalah selagi masih bisa bersenang-senang, anggap aja pacaran itu kuno dan jomblo udah musnah dari jaman perang dunia ke 2. Bagi kalian yang masih sendiri dan betah dengan kesendiriannya, entah itu dengan alasan nyari pacar sekarang susah, atau mungkin kalian aja yang ga laku di pasaran. Saranku mending kalian buat perusahaan bibit-bibit jomblo dan langsung go public di pasar modal. Jadi seandainya para jomblo-jomblo yang ga laku dipasar primer, bisa dijual di pasar sekunder.
Ada satu hal yang paling terasa ketika kita sudah tidak berpacaran. Yaitu, ketika kita ulang tahun ga’ ada yang ngucapin “selamat ulang tahun sayang”. Dan kata-kata itu pasti kalian tunggu dari pacar kalian, atau mungkin gebetan. Jika kalian ulang tahun dan sang gebetan ngucapin selamat ulang tahun itu tandanya ia mulai memberikan sinyal positif untuk melanjutkan ke tahap berikutnya. Tapi, perlu diperhatikan juga kapan si gebetan ngucapin selamat ulang tahun. Kalian boleh senang apabila ia ngucapinnya tepat dihari ulang tahun, apalagi pas di jam 00.00. jika ia ngucapinnya telat satu hari, mungkin si gebetan lupa. Jika ngucapinnya telat dua hari, bisa aja dia lagi sibuk. Jika telat lima hari, dia lagi nguji apakah kalian bener-bener serius dengan si gebetan. Jika ngucapinnya telat 11 bulan, mending kalian ganti tanggal lahir.
Bagiku ulang tahun kali ini ga’ ada yang spesial. Karena ga’ ada ucapan dari pacar apalagi gebetan. Walaupun ada satu temen ku yang ngucapin dan itu ucapan paling harmonis dari seorang teman dan mungkin sahabat. Iya sahabatku. Bayangin, ia ngucapin lewat dinding di facebook ku dengan mengunggah foto saat kita duduk berdua. Tragis, harusnya itu datang dari gebetan. Itulah susahnya jadi cowo. Jika cowo foto berduaan dengan sahabatnya sambil gandengan tangan, dikira homo. Tapi, kalo cewe, foto berduaan dengan temen cewenya sambil pelukan mereka ngaku best friend. Dan untungnya difoto itu, aku dan sahabatku ga’ gandeng tangan. Kita foto dengan gaya jagoan sambil ngangkat botol biar keliatan sedikit maco dan jantan. Lalu, bagaimana dengan gebetan?
Cewe yang aku suka dikampus dan sempat aku tembak tapi ditolak, dia baru ngucapin selamat ulang tahun setelah lima hari dari tanggal ulang tahunku. Apakah itu tandanya dia lagi nguji seberapa sabar aku menunggu dia suka sama aku dan membalas cintaku? Saya kira tidak demikian. Ah, sudahlah. Ga penting, kalo dia ga ngucapin juga kuliahku ga serta merta berhenti. Buktinya dia ngucapinnya telat juga aku belum bisa mengajukan judul skripsi. Padahal, orang tua pernah nanya, “Faqih, kapan mulai garap skripsi?” “nanti bah, mungkin semster 10 baru bisa skripsi” jawabku yang disambut gelak tawa dari abahku. Ya seperti itulah sobat, cinta memang indah.
Tapi, selama 21 tahun aku hidup di dunia ini, belum pernah mengalami ulang tahun dirayain pake lemparan tepung, siraman air, dan bom telor. Untung bukan telor busuk, tapi cukup membuat seisi perut keluar dari mulut alias muntah. Duh, jadi keliatan cemen banget. Semuanya berawal dari adikku. Dia ingat kalo tanggal 12 oktober adalah hari ulang tahunkku. Dia mengajak teman-teman kostnya untuk menyiapkan segala kejutan apa yang akan diberikan padaku. Dan katanya, ada salah satu temen yang sangat bersemangat ngerjain aku. Izqi, ya, mungkin bisa jadi otak dari kejailan yang aku terima berasal dari dia.
Bermula dari pesan blackberry massanger, Izqi mengirim pesan suara yang berbunyi “Faqiiiiih cepet kesini ini adik kamu kenapa semua anak di kost bingung” dengan nada tergesa-gesa seperti terjadi hegemoni perang dunia ke tiga. Tak berfikir lama aku bergegas menuju kost adik ku. Setiba dikost aku mulai merasa kejanggalan dan ingat bahwa hari ini kan ulang tahunku. Apakah mereka menyiapkan kejailan untuk memeriahkan hariku ini? Ah mungkin aku terlalu kePDan. Dengan tenang aku duduk didepan kost. Setelah adikku keluar disertai pasukan yang sudah siap dengan senjata masing-masing untuk mengguyur badanku, aku tak bisa lagi mengelak dan pasrah menerima gempuran dari mereka satu per satu. Tepung putih dengan dilapisi air menempel disekujur tubuh. Aku rasa penderitaanku cukup sampai disini. Namun, si Waud alias Izqi mengebomkan telor tepat diatas ubun-ubun kepalaku. Pyaarrrr... plak ketuplak dang ud dang dess. Biar ga stres mikirin badan yang sudah kusuh di bom sana sini, mending dangdutan dulu, sapa tau jadi 17 tahunan lagi.
Dengan muka ku yang lumut tak karuan hanya dihiasi senyum lebar, mereka semua tertawa ria larut dalam kegembiraan karena telah menumpaskan nafsu kejailan mereka. Ditengah gelak tawa, aku mulai merasa ngga nyaman dengan bau tak sedap hasil dari pecahan telor. Perutku pun mulai mual kaya ibu hamil muntah-muntah kecil. “maklum mas ku ini belum pernah muda” celetukan adikku membuat tawa semakin menjadi. Pas lahir, mungkin aku langsung tua. Atau masih bayi terus langsung dipanggil om. Ya begitulah, sekali lagi, cinta memang indah kawan.
Dari semua kejadian malam itu, mungkin baru pertama kali aku rasakan selama 21 tahun ini, khususnya di hari ulang tahunku ini. Dalam waktu satu jam saja disitu aku kembali merasakan masa-masa ABG lagi. Dimana aku belum pernah merasakan jatuh cinta, ga kenal dengan dunia gempur menggempur tepung, ga tau bagaimana ngejailin orang yang lagi ulang taun. Dibalut rasa kesal aku ucapkan terima kasih pada mereka. Diluar kejailan mereka, aku menemukan rasa peduli pada sesama. Memeriahkan hari bersejarahnya dengan cara yang mungkin agak jail dan cukup ngeselin. “terima kasih semuanya, malam ini seru banget, kalian luar biasa.” Tutupku sambil mulai beranjak pulang ke kamarku. 
by: Ahmad Faqih

Senin, 09 November 2015

Singa dari Jawa Barat di balik Peristiwa Hari Pahlawan

Singa dari Jawa Barat di balik Peristiwa Hari Pahlawan

Dalam peristiwa 10 November yang di sebut dengan hari pahlawan sebenarnya ada tokoh-tokoh dari kalangan Ulama, pondok pesantren dan santri-santri yang membantu perlawanan terhadap pasukan Inggris yang menewaskan pemimpin penjajah yaitu Jenderal Mallaby pada tanggal 30 Oktober 1945, yang memicu kemarahan Inggris kalah itu.
KH Abdullah Abas adalah Tokoh yang berasal dari Pondok Pesantren Buntet Cirebon itu bahkan dikenal sebagai Singa dari Jawa Barat, beliau merupakan ahli strategi perang dan merupakan salah satu tokoh yang terlibat dalam rapat 22 oktober 1945 yang di serukan oleh kiai NU sebagai Resolusi Jihad yaitu beliau KH. Hasyim Asyari di depan Presiden Soekarno di Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, beberapa hari sebelum pecah Perang 10 November 1945.
Fatwa atau resolusi jihad Hasyim berisi lima butir: Pertama resolusi jihad berbunyi; kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus wajib dipertahankan.
Butir ke dua; Republik Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah harus dijaga dan ditolong.
Ketiga; musuh Republik Indonesia yaitu Belanda yang kembali ke Indonesia dengan bantuan sekutu Inggris pasti akan menggunakan cara-cara politik dan militer untuk menjajah kembali Indonesia.
Keempat; umat Islam terutama anggota NU harus mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dan sekutunya yang ingin menjajah Indonesia kembali.
Kelima; kewajiban ini merupakan perang suci (jihad) dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang tinggal dalam radius 94 kilo meter, sedangkan mereka yang tinggal di luar radius tersebut harus membantu dalam bentuk material terhadap mereka yang berjuang.
Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh yang menjadi pengganti Mallaby pun mengeluarkan ultimatum 10 November 1945. Eric meminta pasukan Indonesia menyerahkan senjata dan menghentikan perlawanan.
Namun pasukan muslim dan rakyat Indinesia kala itu  menolah bahkan semangatnya bertambah dan perlu diingat bahwa Resolusi Jihad tersebut akhirnya mampu membangkitkan semangat arek-arek Surabaya untuk bertempur habis-habisan melawan penjajah. Dengan semangat takbir yang dipekikkan Bung Tomo, maka terjadilah perang rakyat yang heroik pada 10 November 1945 di Surabaya.

antara asa dan putus asa

pernah kah kamu gagal dalam melakukan suatu hal????
bagaimana rasanya..??????
pasti serasa ada pukulan yang keraas..
apalagi kita gagal lagi, saat kita berusaha bangkit dan mencobanya lagi lagi lagi dan lagi...
pasti serasa ada pukulan 1000x lipat yang lebih keras
dan disitu kita benar benar merasakan dunia kita yang gelap dan benar-benar gelap
pernahkah kamu menyalahkan dirimu sendiri????
apakah kamu pernah menyalahkan orang lain????
apakah kamu pernah menyalahkan orang tuamu???
apakah menyalahkan nasibdan takdir mu...??
ataukah jangan -jangan kamu pernah menyalahkan TUHANmu...???
menyalahkan orang lain dalam kegagalanmu adalah susatu hal yang bodoh malah sudah seperti pengecut,,,
menyalahkan orang tuamu adalah sessuatu yang salah kenapa kita harus dilahirkan dan mendapatkan kegagalan lagi lagi lagi bahkan terus menerus.
padahal disini kta punya niatan buat membanggakan mereka dengan mencoba melakukan sesuatu yang istimewa buat mereka.
tetapi tetap saja kita gagal....???
pernah kah kalian merasakan ini semua...????
disini kamu pasti merasakan kiamat dihadapan anda
merasakan jalan buntu.
merasakan tubuhmu melemah seperti tak bertulang
dan pasti menyalahka diri anda, tnasib anda, takdir anda dan bahkan Tuhan anda....
tapi kalian lupa..
berapa sering kamu tertawa seperti orang sombong,, di dunia ini tanpa memperdulikan yang lebih pantas tertawa.
betapa sering kau melalaikan tuhan mu saat merasakan nikamatnya..
betapa sering kamu meninggalkan kewajibanmu???//
sebagai hambanya yang paling hina...
pernah kah kamu mensyukuri seiap hembusan oksigen yang telah masuk ke tubuh mu utuk memberi kehidupanmu
pernakah kamu mensyukuri setiap gerakan tubuhmu,nikmat setiap lidahmu merasakan rasa setiap makannan yang masuk ketubuhmu..??/
pernahkah kamu mensyukuri itu,,,?????
ingatlah dunia ini belum kiamat,,, anda masih deberi hidup, itu berarti TUHAN masih memberikan kamu miliaran kesempatan untuk mencobanya lagi lagi lagi lagi lagi dan lagi....
sampai kamu tau di balik itu,,,


Kurikulum di Indonesia dalam Perspektif Filsafat Ilmu



Kurikulum di Indonesia dalam Perspektif Filsafat IlmU
Pendidikan merupakan investasi masa depan dan masalah yang kita hadapi saat ini adalah pendidkan. Pernyataan diatas adalah yang dikemukakan oleh Anggota dewan Pertimbangan Presiden(Wantimpres) yaitu Prof Dr Abdul Malik Fadjar, benar sekali karena dalam memajukan dunia ini terutama kemajuan suatu bangsa terletak pada kemajuan IPTEK di suatu bangsa, dimana kualitas pendidikan dari seorang guru kepada siswa tak jauh dengan perkembangan teknologi pada masa kini sehingga dapat berkolaborasi antara pendidikan dan teknologi untuk mencapai tujuan tersebut maka kurikulum di Indonesia juga sekian kalinya diubah untuk menyusuaikan perkembangan pendidikan dengan perkembangan teknologi
Baru baru ini banyak kontrofersi mengenai tatanan pendidikan di indonesia terutama dalam hal ketatanan kurikulum, seperti yang anda ketahui saat ini mengenai kurikulum yang terjadi indonesaia, perombakan kurikulum 2013 yang dahulu saebelum mentri dalam kabinet presiden jokowi yaitu pada mentri di kabinet presiden Susilo Bambang Yudoyono dimana sempat ada penggantian kurikulum dengan sebutan kurikulum 2013, yang banyak menuai komentar baik positif dan negatif  dari sekolah-sekolah terutama dari guru-guru pengajar yang kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa kurikulum ini sangat terlalu tergesa-gesa yang dari ini ditinjau dari kesiapannya dalam hal buku panduan pengajaran,sarana dan prasarana pendidikan serta  pelatihan terhadap guru pengajar yang kurangmenyeluruh dan karena kurikulum ini juga menggunakan IPTEK  yang banyak belum di kuasai oleh guru yang sudah tua-tua (sepoh),dan karena itu mentri sekarang menghentikan sementara kurikulum 2013 dan untuk saat ini kembali kekurikulum KTSP seperti ini yang telah dikatakan mentri pendidikan Anies bvahwa kurikulum 2013 hanya akan ditinjau kembali. Ini lantaran masih dibutuhkannya banyak persiapan sebelum kurikulum itu dapat diterapkan secara  maksimal. Karena menurut beliau bahawa Selama setahun berjalan, Kurikulum 2013 menimbulkan banyak masalah di 208 ribu sekolah. Bisa dibayangkan pendidikan serta gurunya belum siap. Jadi bukan membatalkan kurikulum tapi meninjau kembali," ujar Anies di bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (14/12/2014).[1]
Sejarah perombakan kurikulum di Indonesia dari pra kemerdekaan sampai sekarang
Perlu anda ketahui bahwa dalam sejarah perombakan kurikulum juga terjadi di negara maju di Eropa serta di indonesia  juga sudah terjadi pada awal pertama adanya pendidikan pada masa penjajahan Belanda atau pra kemerdekaan, pada Kurikulum yang digunakan di Indonesia pra kemerdekaan dipengaruhi oleh tatanan sosial politik Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, setidaknya ada dua sistem pendidikan dan pengajaran yang berkembang saat itu. Pertama, sistem pendidikan Islam yang diselenggarakan perantren. Kedua, sistem pendidikan Belanda. Sistem pendidikan belanda pun bersifat diskriminatif. Karena dalam sistem pendidikan ini dibagi berdasarkan golongan-golongan tingkat ke priyainan seorang siswa
Salah satu konsep terpenting untuk maju adalah “melakukan perubahan”, tentu yang kita harapkan adalah perubahan untuk menuju keperbaikan dan sebuah perubahan selalu di sertai dengan konsekuensi-konsekuensi yang sudah selayaknya di pertimbangkan agar tumbuh kebijakan bijaksana. Ini adalah perkembangan Kurikulum Pendidikan Kita:
RENCANA PELAJARAN 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran. Yang diutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
RENCANA PELAJARAN TERURA 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
KURIKULUM 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
KURIKULUM 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
KURIKULUM 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL).
Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta — sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
KURIKULUM 1994 dan SUPLEMEN KURIKULUM 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Sayang, perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
KURIKULUM Berbasis Kompetensi 2004
Bahasa kerennya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa
Meski baru diujicobakan, toh di sejumlah sekolah kota-kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum.[2]
Sekilas tentang kurikulum
1)      Pengertian kurikulum
Kurikulum secara umum dapat diartikan sebagai pengalaman peserata didik, baik di sekolah maupun diluar sekoalah dibawah bimbingan lembaga pendidikan (sekolah0. Menurut nasution dan khaeruddin, dkk. Kurikulum dapat dipahami dala empat perspektif.
  1. Kurikulum sebagai produk, kurikulum sebagai hasil karya pengembangan kurikulum
  2. Kurikulum sebagai program, alat untuk mencapai yujuan sekolah
  3. Kurikulum sebagai hal-hal yang dipelajari siswa,yaitu pengetahua sikap dan ketrampilan tertentu
  4. Kurikulum sebagai pengalaman sisiwa
2)      Fungsi kurikulum
Kurikulum mempunyai tiga fungsi, yaitu sebagai
  1. Pedoman penyelenggaraan pendidikan pada lembaga pendidikan dalam rangka mencapai tujuan
  2. Batasan program kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan pada jenjang pendidikan, kelas, atau semester
  3. Pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaaran sehingga terarah untuk mencapai tujuan
3)      Komponen kurikulum
Setiap kurikulum mengandung minimal empat komponen
  1. Tujuan pembelajaran
  2. Isi pembelajaran
  3. Metode pembelajaran
  4. Evaluasi pembelajaran
Keempat kurikulum diatas merupakan suatu sistemyang saling terkait sehingga merupakan satu kesatuan
4)      Jenis-jenis kurikulum
Menuurut khaeruddin, dkk. Kurikulum dapat dikelompokan menjaditiga golongan, yaitu:[3]
a.       Kurikulum mata pelajaran terpiasah (sparated subjek curicullum), kurikulum yang menyajikan mata pelajaran yang  harus dipelajari peserta didik dalam bentuk subjek atau mata pelajaran yang terpisah satu sama lain
b.      Kurikulum matapelajaran yang harus dipelajari saling berhubungan (corellated curriculum), kurikulum yang berkaitan dengan pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dala bentuk subjek saling berhubungan dan berkaitan sedemikian rupa seingga antar matapelajaran saling melengkapi dan memperkuat.
c.       Kurikulum terpadu (integrated curriculum), kkurikulum yang menyajikan beberapa mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik merupakan keterpaduan dari beberapa mwta pelajaran dengan meniadakan batas-batas mata pelajaran sehingga bahan pembelajaran disajikan dalam bentuk unit-uni pembelajaran.
5)      Kurikulim sebagai konsep yang dinamis
Konsep-konsep dan produk kurikulum bukanlah konsep yang statis, melainkan dinamis, artinya selalu berkembang dalamberbagai aspeknya sesuai dengan perkembangan jaman dan tuntutanmasyarakt pemakainya. Dalam sistem pendidikan di indonesia,kurikulum senantiasa ditinjau ulang setiap 10(sepuluh)tahun untuk mengadakan revisi atau bahkan perubahan .diantara waktu itu, yaitu setiap 5(lima) tahun kurikulum yang bearlaku dievaluasi untuk mengantisipasi perubahan dalam sekaligus melihat seberapa jauh kurikulum dilaksanakan beserta hasil-hasil pencapaiannya.[4]
6)      Pengembangan isi kurikulum
Kandungan kurikulum merupakan konsep atau rencana ideal yang tidak akan memiliki makna tanpa dilanjutkan dengan implementasi secara operasional. Dlam rangka implementasi kurikulum ,seluruh komponen lain, kandungan ideal kurikulum dilaksanakan dengan dukungan subsistem pendukungnya secara terpadu dan berkesinambungan.
Pengembangan isi kurikulum merupakan upaya konseptual dan praktis untuk mengimplementasiakan kandungan isi dari kurikulum yang didukung dengan subsistem atau komponen yang lain.[5]
7)      Dasar-dasar pengembangan kurikulum
  1. Standar isi
Standar isi maencangkup lingkup menteri dan tingkat kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.[6]
  1. Standar kompetenasi kaluluasan
Standar kompetensi kelulusan (SKL) adalah keseluruhan kompetensi dari semua mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran yang dipelajari peserata didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu . SKL berfungsi sebagai pedoman penilian dalam penenttuan kelulusan peserta didik dari jenis dan jenjang tertentu. Dasar pengembangan SKL adalah tujuan jenjang dan jenis pendidikan.[7]
SKL meliputi tiga tingkatan, yaitu:[8]
a.       SKL satuan pendidiakn
b.      SKL kelompok mata pelajaran sesuai satuan pendidikan
c.       SKL mata pelajaran sesuai satuan pendidikan.
8)      Standar pendukung pengembangan isi kurikulum
standar pendidikan seperti standar isi, SKL, standar proses , dan standar penilaian merupakan pedoman langsung untuk mengembangkan isi kurikulum, yaitu terlalksananya proses pembelajaran . sebagai suatu sisitem, pengembagan isi kurikulum masih dipengaruhi oleh standar pendidikan atau subsistem yang lain, yaitu standar pendidiakn dan tenaga kependidiakn, standar kepengoalaan, dan standar sarana dan prasarana,serta standar pembiayaan.[9]
 Kurikulum  dalam Filsafat
Tanpa bermaksud untuk mendikotomikan, dalam kajian filsafat pendidikan pada umumnya, setidak-tidaknya, dikenal adanya dua aliran filsafat besar, yaitu Idealisme dan Pragmatisme[10] yang keduanya jelas memiliki perspektif yang berbeda dalam memandang hakekat pendidikan, tujuan pendidikan, tugas pendidikan, dan juga kurikulum pendidikan.
1)      Idealisme
Dalam sejarah filsafat Barat, idealisme selalu identik dengan Plato. Hal demikian sangat wajar sebab Palto memang dianggap sebagai Bapak dari filsafat idealisme. Menurut Plato, hakekat segala sesuatu tidak terletak pada sifat materi atau bendawi, tetapi sesuatu yang berada dibalik materi itu, yaitu ide. Ide bersifat kekal, immaterial, dan tidak berubah. Walaupun materi hancur, ide tidak ikut musnah.[11]
Pada ranah pendidikan, aliran Idealisme ini menganggap bahwa hakekat pendidikan adalah semangat ingin kembali kepada warisan budaya masa silam yang agung dan ideal, sehingga pendidikan diartikan sebagai “cultural conservation”, yakni sebagai pemelihara kebudayaan.[12] Adapun yang menjadi  tujuan pendidikan menurut aliran Idealisme ini adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi manusia yang sempurna, yang berguna bagi masyarakatnya. Dan sebagai konsekuensi logisnya, maka pendidikan model aliran Idealisme ini lebih menekankan pengkayaan pengetahuan (transfer of knowledge) tanpa harus memperhitungkan tuntutan dunia praktis (kerja dan industri.[13]
Dengan model pemikiran seperti itu, maka kurikulum Idealisme mendasarkan pada prinsip: Pertama, kurikulum yang kaya materi, berurutan, dan sistematis  yang didasarkan pada target tertentu yang tidak dapat dikurangi sebagai satu kesatuan pengetahuan, kecakapan, dan sikap yang berlaku dalam kebudayaan yang demokratis. Kedua, kurikulum menekankan penguasaan yang tepat atas isi atau materi kurikulum.[14]
Dari prinsip-prinsip tersebut kemudian dibuat pedoman dalam merumuskan kurikulum idealisme yang pada dasarnya harus sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, yang mengutamakan pada “essential studies” yang meliputi metode ilmiah, dunia organis dan an-organis, human environment (lingkungan manusia, budaya, dan alamiah), serta apreasi terhadap seni.
Selain itu dalam kurikulum idealisme sekolah dianggap sebagai pusat intellectual training dan character building, yang secara formal melatih dan mengembangkan daya jiwa yang sudah ada.[15]

2)      Pragmatisme
Pragmatisme biasa diidentikkan dengan filsafat bangsa Amerika karena Pragmatisme merupakan filsafat yang mencerminkan secara kuat sifat kehidupan Amerika, dimana filsafat ini merupakan penengah antara filsafat empirisme dan idealisme dengan menggabungkan hal-hal yang berarti antara keduanya.
Kemunculan pragmatisme sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer telah banyak membawa kemajuan-kemajuan yang pesat baik dalam ilmu pengethuan maupun tehnologi. Pragmatisme telah berhasil membuat aktifitas filsafat yang sebelumnya bersifat metafisis, idealis, abstrak, dan intelektualis yang cenderung “melangit”, menjadi aktifitas riil, inderawi, dan mnafaatnya langsung bisa dirasakan secara prkatis-pragmatis dalam kehiudpan sehari-hari.[16]
Dalam ranah pendidikan, aliran Pragmatisme berpendapat bahwa hakekat pendidikan merupakan proses masyarakat mengenal diri. Dengan perkataan lain, pendidikan adalah proses agar masyarakat menjadi hidup dan dapat melangsungkan aktifitasnya untuk masa depan. Dengan demikian, pendidikan adalah proses pembentukan impulse (perbuatan yang dilakukan atas desakan hati), yang berorientasi pada futuralistic, yakni sebuah pendidikan yang berwawasan pada masa depan. Dari karakter yang demikian, maka pendidikan pragmatisme menganjurkan agar yang berbuat, yang menghasilkan, dan yang mengajar adalah peserta didik sendiri. Sedangkan peran pendidik lebih berfungsi sebagai fasilitator dan pembimbing.[17]
Dalam pandangan Pragmatisme, tidak ada suatu materi pelajaran tertentu yang bersifat universal dalam sistem dan metode pelajaran yang selalu tepat untuk semua jenjang sekolah, sebab pengalaman, kebutuhan serta minat individu atau masyarakat berbeda menurut tempat dan zaman. Dalam hal ini kurikulum pragmatisme bersifat elastis dan fleksibel sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Kurikulum Pragmatisme bergerak dinamis diatas prinsip kebebasan, menghendaki bentuk yang bervariatif dan dengan materi yang kaya.
Adapun mengenai muatan isi kurikulum, Pragmatisme mendorong perkembangan pribadi anak didik yang meliputi perkembangan minat, pikir dan kemampuan praktis. Bentuk demikian inilah yang oleh Kilpatrick disebut dengan emerging curriculum, yaitu kurikulum yang realistis dari kehidupan peserta didik.
Dalam pelaksanaannya, kurikulum Pragmatisme mengutamakan pengalaman yang didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik, yang diarahkan bagi perkembangan pribadi secara integral terutama aspek pikir, perasaan, motorik, dan pengalaman sosial.
Demikianlah model kurikulum aliran Idealisme dan Pragmatisme, yang sebenarnya hanya merupakan pembedaan secara garis besar saja, karena selain kedua aliran utama tersebut, masih terdapat aliran-aliran filsafat lain yang memiliki pengikut yang cukup banyak, dan kemudian Penulis pilih empat aliran saja sebagai penjelas dan penguat bagi kedua kedua aliran utama tersebut diatas, yaitu perenialisme, esensialisme, progresivisme dan rekonstruksionisme.
  1. Perenialisme
Perenialisme merupakan aliran filsafat yang menganggap bahwa zaman sekarang sebagai zaman yang kurang “sehat”, dan untuk mengembalikan kepada keadan semula diperlukan “dokter” yang sudah terkenal. Aliran ini juga menganggap bahwa kebudayaan dewasa ini mempunyai landasan-landasan yang kurang jelas sehingga diperlukan usaha-usaha untuk kembali pada fundamen-fundamennya dengan menunjuk kepada apa yang telah dihasilkan oleh zaman Yunani dan abad pertengahan.[18]Jelasnya, Perenialisme ini bercorak regresif, yaitu sikap yang menghendaki kembali pada jiwa yang menguasai peradaban skolastik Yunani dan abad pertengahan, karena ia merupakan jiwa yang menuntun manusia hingga dapat dimengerti adanya tata kehidupan yang telah ditentukan secara rasional.[19]
Dalam hal kurikulum, aliran ini menganggap hal yang terpenting dalam kurikulum adalah isi (content) mata pelajaran-mata pelajaran yang tepat dan benar. Oleh karena kondisi demikian, maka dalam pendidikan peran utama dipegang oleh guru atau pendidik. Keaktifan dan kreatifitas subyek didik dikembangkan dengan bersendikan atas pengetahuan dan keterampilan yang benar.
Disamping itu, masih menurut aliran Perenialisme, pendidikan persekolahan diusahakan sama bagi setiap orang,[20]dimana peserta didik diajak untuk menemukan kembali dan menginternalisasi kebenaran universal dan konstan dari masa lalu. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam kurikulum model aliran Perenialisme ini adalah mengkaji terhadap buku-buku yang membahas peradaban Barat dan abad pertengahan melalui membaca dan diskusi untuk menyerap dan menguasai fakta-fakta dan informasi.[21]
  1. Essensialisme
Aliran Esensialisme ini hampir mirip dengan Perenialisme. Bedanya, kalau Perenialisme bercorak regresif, Esensialisme lebih bercorak konservatif, yakni sikap untuk mempertahankan nilai-nilai budaya manusia. Esensialisme ini menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan, dan nilai-nilai inilah yang hendaknya sampai kepada manusia melalui sivilisasi dan yang telah teruji oleh waktu.
Menurut teori Essentialist ini, tujuan pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai-nilai yang ada dalam “gudang” di luar ke dalam jiwa peserta didik, sehingga ia perlu dilatih agar mempunyai kemampuan absorbsi (penyerapan) yang tinggi.[22] Disini peran guru atau pendidik memiliki peran yang sentral dalam menyampaikan warisan budaya dan sejarah seputar inti pengetahuan yang terakumulasi begitu lama dan bermanfaat untuk peserta didik.[23]Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurikulum menurut aliran ini bersifat subject centered, dimana guru sebagai pusat pembelajaran yang lebih ditekankan pada keterampilan membaca, menulis dan menyerap ide-ide demi mengembangkan mind peserta didik dan kesadaran akan dunia fisik sekitarnya.[24]
  1. Progresivisme
Aliran Progresivisme dapat dikatakan telah berbuat banyak dalam mengadakan rekonstruksi di dalam pendidikan modern dalam abad XX. Progresivisme banyak meletakkan tekanan dalam masalah kebebasan dan kemerdekaan kepada peserta didik dan menentang keras pendidikan tradisional, yang biasanya menentukan materi pembelajaran tanpa memperhatikan kebutuhan dan minat peserta didik.[25]
Menurut George R. Knight, pemikiran progresivisme banyak sekali dipengaruhi oleh pragmatisme-nya John Dewey dan Psikoanalisis-nya Sigmund Freud yang menganjurkan lebih banyak kebebasan untuk berekspresi bagi peserta didik dan lingkungan yang lebih terbuka sehingga peserta didik dapat mengerahkan energinya dengan cara yang efektif. Menurut aliran ini, peserta didik dianggap sebagai makhluk yang dinamis, sehingga dia diberi kesempatan untuk menetukan harapan dan tujuan mereka dan guru (pendidik) lebih berperan sebagai penasehat, penunjuk jalan, dan rekan seperjalanan. Disini, guru bukanlah satu-satunya orang yang paling tahu. Dengan demikian, pendidikan harus berpusat pada peserta didik (child centered),[26]tidak tergantung pada text book atau metode pengajaran tekstual. Pendidikan progresivisme juga tidak menggunakan hukuman fisik atau menakut-nakuti sebagai pembentuk sikap disiplin.
Menurut teori Progresive ini, kurikulum dibangun dari pengalaman personal dan sosial peserta didik. Hal demikian dilakukan agar peserta didik memiliki keterampilan, alat dan pengalaman sosial dengan melakukan interaksi dengan lingkungan dan akhirnya memiliki kemampuan problem solving, baik personal maupun sosial.
  1. Rekonstruksionisme
Menurut penggagas teori rekonstruksionis, yaitu George S. Count, aliran ini muncul sebagai akibat dari penerapan ide-ide demokrasi dan tata ekonomi kapitalisme yang menjurus pada individualisme dan laises faire. Dan masyarakat yang demikian perlu direkonstruksi kembali dengan penerapannya yang menjamin adanya kesamaan.[27]
Menurut teori Rekonstruksi, fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik sehingga menjadi cakap dan kreatif sekaligus mampu bertanggungjawab dalam berinteraksi, membangun serta mengembangkan masyarakatnya. Lebih jauh lagi, agar pendidikan dapat menyadari antara keterikatan perumbuhan dan perkembangan tehnologi dan industrialisasi dengan perubahan masyarakat. Disini, pengetahuan atau kemampuan profesional, misalnya, hendaknya bisa disumbangkan bagi terbentuknya masyarakat baru.[28] Dan, peran sekolah adalah dengan menjadi perantara utama bagi perubahan sosial, politik, dan ekonomi dalam masyarakat dengan membuat peserta didik sadar akan persoalan-persoalan yang dihadapi umat manusia, memiliki kesadaran untuk memecahkan problem tersebut dan akhirnya membangun tatanan masyarakat yang baru.



[1] Di ambil dari liputan 6.com/Herman Zakaria (8:36, 08/06/2015)
[2] sumber: depdiknas.go.id
[3] Martiyanto, pererncanaan pembelajaran,aswaja presindo,kebumen 2012
[4] Ibid martiyanti 38
[5] Ibid martiyanto 38
[6] Ibid martiyanti hal 39
[7] Ibid martiyono hlm 52
[8] Ibid martiyono hlm 52
[9] Ibid,  martiyono hlm 57
[10] Pembagian ini hanya merupakan maping saja, tanpa bermaksud untuk melihatnya secara dikotomis, diametral, atau kontradiktif, karena kenyataannya keduanya dapat dibedakan namun sulit dipisahkan, apalagi dalam belantika pendidikan dewasa ini.
[11] Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1981, hlm. 314
[12] Ali Maksum, et.al., Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan Post Modern, Yogyakarta: IRCiSoD, 2004, hlm. 253
[13] Ibid., hlm. 254
[14] Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1988, hlm. 260
[15] Ibid., hlm. 263-7
[16] Ali Maksum,et.al., Op. Cit., hlm. 258
[17] Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaban Islam; Suatu Analisis Sosio-Psikologis, Jakarta: Grafindo, 1985, hlm. 28
[18] Ali Maksum, et.al., Op. Cit., hlm. 263
[19] ibid.
[20] Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan; Sistem dan Metode, Yogyakarta: Yayasan Penerbit FIP IKIP, 1987 hal 48
[21] Muhaimin, Op. Cit., hlm. 42
[22] Ibid., hlm. 41
[23] Ibid., hlm. 42
[24] Ibid
[25] ibid
[26] George R. Knight, Issues and Alternatives in Educational Philosphy, Michigan: Andrews University Press, Cet. XII, 1982, hlm. 80
[27] Imam Barnadib, Op. Cit., hlm. 66
[28] Muhaimin,  Loc. Cit